Tampilkan postingan dengan label Reverse Logistics. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Reverse Logistics. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 13 Juni 2020

Implementasi Reverse Logistics Dalam Supply Chain Sirkulasi Botol Teh Botol Sosro

   A.  Profil Perusahaan

PT. Sinar Sosro adalah perusahaan teh siap minum dalam kemasan botol yang pertama di Indonesia dan di dunia. Visi dari PT. Sinar Sosro yakni untuk menjadi perusahaan minuman kelas dunia, yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen, kapan saja, dimana saja, serta memberikan nilai tambah untuk semua pihak terkait, “The Indonesian World Class Beverage Company”. Dalam menjalankan bisnisnya, PT. Sinar Sosro memiliki sebuah filosofi yang sangat mulia yakni, Niat Baik. Niat Baik ini dijabarkan dalam 3K dan RL, yang mempunyai arti yaitu peduli terhadap keamanan, peduli terhadap kualitas, peduli terhadap kesehatan dan ramah lingkungan.

PT. Sinar Sosro didaftarkan pada tanggal 17 Juli 1974 oleh Bapak Soegiharto Sosrodjojo, yang berlokasi di Jalan Raya Sultan Agung KM. 28 kelurahan Medan Satria Bekasi. Keluarga Sosrodjojo memulai usahanya pada tahun 1940 di kota Slawi, Jawa Tengah dengan memproduksi dan memasarkan teh seduh dengan merk Teh Cap Botol. Untuk mengembangkan usahanya, Soegiharto Sosrodjojo dan keluarganya hijrah ke Jakarta pada tahun 1960. Pada tahun 1965, Teh Cap Botol diperkenalkan dengan melakukan strategi Cicip Rasa yakni  mendatangi pusat-pusat keramaian seperti pasar. Lalu mulai memasak dan menyeduh tehnya langsung di tempat. Tetapi cara ini kurang berhasil. Kemudian strategi berikutnya adalah memasak teh di kantor dan memasukkan teh kedalam panci-panci besar, untuk dibawa ke pasar. Namun cara ini juga kurang berhasil, karena teh yang dibawa sebagian besar tumpah dalam perjalanan dari kantor ke pasar.

Kegagalan dalam memasarkan Teh Cap Botol, membuat Soegiharto Sosrodjojo harus mencari strategi lain. Namun saat memikirkan strategi yang tepat, tanpa disengaja Soegiharto Sosrodjojo menemukan ide untuk membawa teh yang telah diseduh dikantor dalam botol bekas kecap atau limun yang sudah dibersihkan. Pada tahun 1969, muncul gagasan untuk menjual teh siap minum atau ready to drink tea dalam kemasan botol dengan nama Teh botol Sosro. Nama tersebut diambil dari nama teh seduh “Teh Cap Botol“ dan nama keluarga pendiri yakni “Sosrodjojo”. Design yang digunakan mengalami tiga kali perubahan yakni, tahun 1969 versi pertama, tahun 1972 versi kedua, dan 1974 versi ketiga. Teh botol Sosro hanya menggunakan bahan baku asli dan alami. Daun tehnya dipetik dari perkebunan sendiri.  Kemudian diolah menjadi teh wangi yaitu teh hijau yang dicampur bunga melati dan bunga gambir. Sehingga menghasilkan rasa yang unik, ke-khas-annya selalu terjaga dan terjamin kualitasnya.

PT. Sinar Sosro bernaung dibawah perusahaan induk atau disebut dengan holding company yaitu PT. Anggada Putra Rekso Mulia atau Grup Rekso yang bergerak dibidang produksi minuman berbasis teh dan non-teh. Tujuan didirikannya perusahaan ini tercermin dalam kebijakan mutunya yaitu yang pertama untuk memproduksi minuman yang berkualitas, unggul dan aman sesuai kebutuhan dan keinginan pelanggan. Kedua yaitu pimpinan dan seluruh karyawan PT Sinar Sosro secara konsisten menerapkan sistem manajemen mutu dan sistem keamanan pangan melalui pengendalian mutu terpadu di semua lini perusahaan sesuai standar yang telah ditetapkan. PT. Sinar Sosro sudah mempunyai 14 pabrik yang tersebar diseluruh Indonesia yakni, di Medan, Palembang, Pandeglang, Jakarta, Tambun, Cibitung, Ungaran, Gresik, Mojokerto, dan Gianyar. Serta pabrik yang khusus memproduksi air mineral Prim-A yaitu di Sentul, Sukabumi, Purbalingga dan Pandaan. Dalam pengembangan bisnisnya, PT. Sinar Sosro telah mendistribusikan produknya keseluruh Nusantara, melalui kantor cabang Penjualan yang tersebar di seluruh Nusantara. Selain di dalam negeri, PT. Sinar Sosro juga merambah pasar internasional dengan mengekspor produk-produk one way packaging/non botol beling kebeberapa Negara di Asia, Amerika, Eropa, Afrika, Australia dan Kepulauan Pasifik. Produk yang dihasilkan pabrik ini adalah khusus untuk produk returnable glass bottling (RGB), yaitu Tehbotol Sosro, Fruit Tea Sosro, S-Tee, Tebs, Country Choice dan Air Mineral  Prim-A.

B. Aktivitas Forward Logistik dan Reverse Logistik

PT. Sinar Sosro sebagian produknya dikemas dengan botol kaca yang sudah dibersihkan. Dalam kelancaran proses produksi teh botol perusahaan membutuhkan botol limun atau botol kaca sebagai kemasan teh, sehingga diperlukan adanya reverse logistics untuk mendatangkan botol dan krat bekas dari customer agar teh dapat diisi kembali. PT. Sinar Sosro harus mampu mengendalikan dan mengatur sirkulasi jumlah botol yang beredar dipasaran atau customer serta mengatur botol kosong yang harus berada di pabrik untuk diisi kembali agar proses pengisian tidak terhenti.  Proses pembelian bahan baku, produksi sampai barang dikeluarkan dari gudang disebut sebagai aktivitas forward logistics sedangkan penarikan dan pengembalian botol kaca kosong ke perusahaan merupakan tugas dari reverse logistics.

Proses produksi Teh botol pada perusahaan ini dilakukan dengan 3 tahap yaitu, tahap pengolahan air, tahap pembuatan teh cair manis dan tahap pembotolan. Pertama, pada tahap pengelolaan air PT. Sinar Sosro menggunakan air sumur bawah tanah sebagai bahan baku, yang diambil dari kedalaman 8 sampai 100 m dengan deep well dump yang kemudian akan diolah diunit Water Treatment (WT). Perusahaan ini memiliki dua sumur yang digunakan secara bergantian dalam 4 jam sekali untuk proses produksi. Kedua, Proses pembuatan teh cair manis dilakukan dengan membuat sirup gula, dan pembuatan teh cair pahit. Teh cair pahit kemudian akan dicampur dengan  sirup gula dan pasteurisasi. Tahap ketiga yaitu proses pembotolan, sebelum proses pembotolan Pos gudang akan melakukan inspeksi pada botol dan krat yang akan digunakan untuk proses produksi. Klasifikasi botol-botol yang masuk dalam proses pembotolan adalah, botol dari konsumen yang dikembalikan ke pabrik, botol dari pencucian manual menggunakan mesin bottle washer, dan botol baru yang dibeli dari supplier dalam periode tertentu sesuai dengan permintaan atau kebutuhan. Sebelum dipasarkan teh botol akan diinkubasi terlebih dahulu selama 2-3 hari, setelah itu teh botol akan diperiksa kembali untuk mengetahui apakah terdapat perubahan pada teh botol sosro. Perubahan tersebut seperti teh mengeluarkan aroma tidak sedap, basi, perubahan warna dan rasa yang berbeda. Apabila saat melakukan inspeksi tidak terdapat perubahan maka teh botol sosro dapat dipasarkan.

Sirkulasi penanganan teh botol sosro dimulai dari penerimaan peti botol (krat), penyimpanan peti botol, pemakaian peti botol untuk produksi, proses produksi, penyimpanan peti isi dan pengeluaran peti isi. Peti botol didapatkan dari Kantor penjualan yaitu entitas yang bekerja untuk menarik krat dan botol kosong dari setiap gerai atau pasar. Peti botol yang diterima akan diperiksa terlebih dahulu terkait surat jalan dan muatan truk. Surat jalan yang sesuai dengan muatan akan distempel dan bagian administrasi akan membuat surat tanda terima atau Good Receipt PO dan data akan dimasukkan kedalam sistem informasi yang terdapat pada perusahaan. Namun apabila dokumen surat jalan tidak sesuai maka Delivery Order akan diinfokan ke bagian KPW dan dilakukan pembongkaran beserta penyortiran peti botol. Penyimpanan peti botol dilakukan dengan menyusun peti botol di atas palet kemudian diletakkan pada lokasi penyimpanan yang telah ditentukan dengan sistem FIFO (First In First Out). Barang yang masuk ke dalam gudang akan dicatat dalam kartu stock secara berkala untuk mengetahui jumlah persediaan yang dimiliki perusahaan.

Peti botol yang disimpan akan digunakan untuk proses produksi, dimana dalam proses produksi menghasilkan 1740 krat dengan teh sebanyak 9300 liter. Persediaan peti botol dalam gudang akan dihitung terlebih dahulu, untuk mengetahui berapa banyak teh yang harus diproduksi dalam satu batch produksi. Hal ini dilakukan untuk mengatur sirkulasi botol teh botol sosro, dari pengiriman, penarikan, proses pembersihan botol, penyimpanan sampai botol dan krat tersebut siap digunakan untuk proses produksi. Pada proses produksi peti botol dan botol akan disortir terlebih dahulu, tujuan melakukan sortir adalah karena adanya botol yang tidak layak dipakai sehingga harus dimusnahkan dan botol yang sangat kotor sehingga harus dicuci secara manual. Botol yang telah diisi dengan teh akan diinspeksi kembali untuk menjamin mutu produk, jika teh botol telah sesuai dengan standar yang ditetapkan maka dapat dilakukan proses selanjutnya. Apabila ditemukan teh botol yang reject atau tidak sesuai spesifikasi maka akan dilakukan karantina untuk penanganan lebih lanjut.

Teh botol dalam peti isi yang lolos dari tahap inspeksi akan disimpan di dalam gudang PIPB pada lokasi yang ditentukan. Data barang yang disimpan kemudian dicatat ke dalam kartu stok dalam gudang, dan juga akan dimasukkan ke sistem informasi yang dimiliki perusahaan. Peti isi yang disimpan dalam beberapa waktu kemudian dikeluarkan untuk dipasarkan. Peti isi yang dipasarkan akan dicatat untuk memudahkan dalam proses penarikan krat beiri botol kosong. Proses penarikan tersebut dilakukan oleh kantor penjualan dimana kantor penjualan merupakan salah satu entitas reverse logistics yang dipercayakan oleh PT. Sinar Sosro. Kantor penjualan akan mengembalikan botol kosong sesuai dengan kuantitas Delivery Order pengiriman sebelumnya, karena adanya bullwhip effect maka kantor penjualan melakukan penyimpanan stock peti isi di gudang untuk ekspansi pasar. Hal tersebut mengakibatkan adanya pengendapan barang, sehingga hal ini harus ditanggung oleh kantor penjualan botol untuk menyeimbankan ketersediaan botolnya. Padahal pengadaan botol dan krat baru sangat ditentukan oleh keputusan Head Office di Jakarta. Aktivitas reverse logistics pada perusahaan ini memberikan manfaat dalam proses produksi, dimana perusahaan dapat menghemat biaya pembelian material yaitu pembelian botol.

Keunggulan implementasi pada perusahaan tersebut yaitu perusahaan dapat mengendalikan aliran bahan baku, persediaan, produk jadi serta informasi terkait kegiatan konsumsi untuk dapat menangkap nilai pengembalian produk atau pembuangan yang tepat. Pengembalian produk yang tepat dapat memperlancar kegiatan produksi pada perusahaan, sehingga perusahaan dapat memasarkan dan memenuhi kebutuhan konsumen tepat waktu, selain itu dengan adanya reverse logistics perusahaan dapat meminimasi biaya layanan dan biaya persediaan bahan baku serta meningkatkan keuntungan layanan dan kepuasan konsumen. Mengendalikan persediaan botol cukup sulit karena perusahaan harus menyesuaikan botol kosong yang diterima dengan botol isi yang akan dipasarkan, sehingga informasi terkait persediaan, penerimaan dan pengeluaran barang harus diketahui secara pasti.

    C. Perspektive reverse logistics

1.      Why Returning

Sudut pandang reverse logistics yang terdapat pada PT. Sinar Sosro berkaitan dengan customer dan manufaktur. Pengembalian produk oleh manufaktur karena Production leftovers, dimana saat transportasi ke costumer, terjadi kecelakaan seperti botol pecah. Botol yang pecah dalam perjalanan akan dikembalikan ke perusahaan dan dianggap sebagai material sisa. Sebelum mengeluarkan barang, melakukan proses produksi atau pun menerima barang yang dikembalikan, botol tersebut akan dicek terlebih dahulu oleh pihak yang bertugas sebagai Quality control. Pengembalian produk oleh customer karena krat dan botol kaca termasuk jenis end of use, yaitu produk yang masih bisa digunakan kembali.

2.      Why receiving

PT. Sinar Sosro termasuk dalam keuntungan langsung faktor ekonomi yaitu cost reduction. Hal tersebut menjadi salah satu alasan mengapa perusahaan menerima pengembalian produk, karena pengembalian botol kaca tersebut dapat memberikan keuntungan langsung pada perusahaan. Sesuai dengan niat baik perusahaan yaitu ramah lingkungan, perusahaan akan tetap menerima pengembalian botol yang rusak atau tidak layak. Botol yang rusak atau tidak layak dipakai akan dihancurkan dengan cara menjatuhkan dari ketinggian, dimana perusahaan akan disebut sebagai perusahaan yang peduli lingkungan dalam reverse disebut green image yang memberikan keuntungan secara tidak langsung. Sehingga citra perusahaan dipandangan masyarakat tetap terjaga dan masyarakat akan memilih membeli produk tersebut karena ramah lingkungan.

3.      Who  reverse logistics

Aktivitas reverse PT. Sinar Sosro dikendalikan oleh pihak forward logistics, dimana forward players bertugas melakukan perencanaan, pengendalian barang hingga melakukan pengiriman barang agar sampai ke customer tanpa adanya reject. Begitupun aktivitas reverse yang merupakan kebalikan dari aktivitas forward logistics, pihak-pihak reverse akan melakukan perencanaan barang diambil, pengendalian barang serta penarikan atau pengambilan barang dari customer agar sampai di perusahaan dalam kondisi baik. Barang yang telah diterima oleh forward players akan dikelola untuk proses selanjutnya.

4.      What reverse logistics

        Pada PT. Sinar Sosro What yang terkait adalah product types. Dimana jenis kategorinya adalah packaging yaitu Kemasan botol berbahan kaca yang digunakan dalam produksi dan akan dikembalikan oleh customer. Adapun tujuan menggunakan botol berbahan kaca yaitu untuk meminimasi biaya pembelian botol kaca baru, karena pembelian botol kaca lebih mahal di bandingkan melakukan pengembalian atau penarikan botol kaca kosong.

5.      How reverse logistics

PT. Sinar Sosro menggunakan metode dengan kategori proses, dimana perusahaan melakukan pengumpulan produk, pengecekan kondisi produk, penyortiran berdasarkan tingkat kerusakan produk dan proses pemulihan produk. Produk yang dikumpulkan akan dicek terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan proses penyortiran, dimana botol kaca kosong akan disortir berdasarkan tingkat kerusakan dan kelayakan pada produk. Botol kaca kosong dikategorikan sebagai botol kosong yang sangat kotor (seperti berlumut), botol yang sudah retak atau pecah, dan botol kaca kotor. Botol kaca yang kotor dan yang sangat kotor akan dibersihkan menggunakan mesin bottle washer, namun untuk botol yang sangat kotor akan diberi pembersihan khusus sedangkan botol yang retak atau pecah akan dihancurkan. Setelah proses penyortiran produk akan dipulihkan atau diperbaiki dan semua botol yang akan digunakan akan disterilkan terlebih dahulu agar kebersihan dan keamanan produk tersebut tetap terjaga.

    D. Keunggulan implementasi reverse logistics PT. Sinar Sosro

PT Sinar Sosro mengimplementasikan reverse logistics melalui penggunaan kembali botol kaca selain karena kesegaran dan manfaat dari produk teh dapat terjaga baik juga karena dapat meningkatkan keuntungan perusahaan melalui penghematan pembelian bahan baku kemasan dan tempat botol atau krat. Reverse logistics yang diterapkan juga dapat menimbulkan citra hijau pada perusahaan. Penggunaan botol kaca secara berulang dapat membantu mengurangi pencemaran lingkungan akibat penggunaan botol plastik sekali pakai yang semakin marak.

    E. Kesimpulan:

Reverse logistics merupakan kebalikan dari forward logistics yang merupakan bagian dari supply chain management. Supply chain management merupakan aliran barang, uang dan informasi dari hulu ke hilir dimana setiap entitas saling terintegrasi. Reverse logistics ada karena beberapa alasan seperti, adanya kerusakan pada produk, inovasi produk yang kurang tepat sehingga konsumen tidak tertarik untuk membeli produk tersebut, pengembalian barang karena produk yang tidak sesuai dengan ekspetasi konsumen. Dalam melakukan aktivitas reverse banyak tantangan yang harus dihadapi, tantangan tersebut berupa produk return yang sulit diramal, transportasi untuk pengumpulan produk return sangat sulit dan menghabiskan biaya yang cukup besar, dan harus mengetahui faktor-faktor apa saja yang mengakibatkan produk dikembalikan contohnya bagaimana konsumen menggunakan barang tersebut sehingga barang tersebut mengalami kerusakan dan lainnya. Reverse logistics adalah proses pengendalian aliran bahan baku, produk jadi dan informasi terkait dari kegiatan konsumsi untuk menangkap nilai dari pengembalian produk sedangkan forward logistics merupakan suatu proses seperti merencanakan, mengimplementasikan dan mengontrol agar aktivitas tersebut dapat berjalan secara efisien dan efektif dengan tujuan dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Dalam pengendalian reverse maka terbentuk loop supply chain salah satunya closed loop supply chain. Closed loop supply chain merupakan proses pengambilan barang yang dilakukan oleh collector kemudian akan dikirim ke perusahaan untuk direcycle oleh pihak yang berkaitan dan masih termasuk kedalam forward logistics. Selain closed loop juga terdapat open loop, dimana open loop supply chain sangat berbeda dengan closed loop. Open loop merupakan pengumpulan barang yang dilakukan oleh secondary market dan tidak dikirim ke perusahaan, dimana secondari market tidak termasuk entitas dari forward logistics. Closed loop terbagi menjadi dua sistem yaitu centralised efficient yang berperan untuk meminimasi biaya dengan melakukan tiga langkah yaitu sortir, disposisi, dan recovery, sedangkan decentralised responsive fokus untuk meminimasi waktu dengan konsep semakin cepat penanganan terhadap produk return semakin baik untuk perusahaan. Dalam pengembalian barang terdapat beberapa kategori pengembaliannya barang terbanyak, salah satunya adalah industri percetakan seperti koran, majalah, dan lainnnya, kemudian industri elektronika dimana produk tersebut bersifat shorter life cycle yaitu ptoduk yang cepat trending dipasaran dan cepat juga menurun, selanjutnya industri retail dimana industri ini hanya memiliki margin yang sedikit, sehingga besar kemungkinan retailer mengalami kerugian.

Dalam reverse logistics terdapat beberapa perspektif yaitu why returning, why receiving, who, what dan how. Alasan pengembalian ini terdiri dari tiga faktor yaitu pengembalian oleh manufaktur, pengembalian saat didistributor, dan pengembalian oleh customer. Manufacture melakukan retur barang karena adanya kelebihan material, kelebihan tersebut disebabkan karena kesalahan saat perencanaan. Selain kelebihan material penyebab lainnya adalah faulty product, faulty product terjadi saat proses inspeksi barang baik pengecekan barang datang, pengecekan barang retur maupun pengecekan terhadap barang yang akan dikeluarkan untuk dipasarkan. Adapun alasan terakhir dilakukannya pengembalian barang karena production leftover, maksud dari product leftover ialah produk yang sisa saat melakukan produksi atau finished goods dan bahkan dapat diakibatkan karena perjalanan atau transportasi produk yang tidak bagus yang mengakibatkan produk mengalami kerusakan dijalan.

Pengembalian yang terjadi pada distribusi dikaitkan dengan empat hal yaitu product recall, Bisnis to bisnis commercial return (B2B CR), stock adjustment, dan functional return. Product recall merupakan tahap dimana perusahaan atau produsen melakukan pemanggilan atau penarikan produk dari berbagai gerai tempat produk dipasarkan, hal tersebut dilakukan karena adanya kesalahan saat produksi. Contoh kasus ini yaitu pada handphone samsung yang tiba-tiba meledak saat digunakan oleh pengguna atau konsumen, hal tersebut sulit dipercaya oleh produsen sehingga produsen melakukan product recall untuk menarik atau memnggil kembali produk dengan tipe tersebut yang telah dipasarkan. Bisnis to bisnis commercial return atau disingkat dengan B2B merupakan bisnis yang melakukan pengembalian tanpa adanya surat resmi, dimana penjual mempunyai syarat tertentu terhadap barang yang dikembalikan. B2B merupakan sistem beli lepas dimana perusahaan tidak terikat dengan customer, pengembalian terjadi apabila ada kesepakatan pihak perusahaan dengan customer. Contoh dari B2B adalah pada toko sembako, seorang sales menawarkan untuk menjual barang keluaran baru dimana produk tersebut masih langka dan banyak yang belum mengetahui keberadaan dan keunggulan produk tersebut, untuk menghindari kerugian maka pihak toko meminta jaminan kepada sales yaitu apabila produk tersebut tidak laku maka toko yang menjadi customer perusahaan itu dapat melakukan pengembalian barang. Stock adjustment merupakan penambahan stok atau peralihan barang yang dilakukan perusahaan terhadap gerai atau distributor yang dimiliki oleh perusahaan. Dimana sebuah perusahaan pusat memproduksi kacamata dan memiliki 2 gerai yaitu dijakarta dan dibogor, gerai yang terdapat dibogor kehabisan stok untuk dijual sedangkan gerai Jakarta memiliki stok dan inventory yang sangat banyak sehingga perusahaan pusat membuat kebijakan dengan melakukan stock adjustment kepada gerai yang berada di bogor. Hal tersebut dapat meminimasi biaya pembelian material maupun biaya produksi. Functional return merupakan pengembalian barang karena fungsi barang masih dapat digunakan seperti krat botol.

Customer return salah satunya adalah end of use, yaitu barang yang dapat digunakan sebagai fungsi awal seperti galon isi ulang, gas dan botol teh yang kosong. Selain end of use juga akan dibahas end of life, barang yang tidak dapat digunakan sebagai fungsi awal namun dapat dilakukan modifikasi atau perbaikan terhadap barang tersebut, seperti koran yang tidak terpakai dapat dijadikan hal-hal yang menarik seperti kerajinan baju gaun atau hal lainnya. Bisnis to costumer commercial return terjadi karena barang yang dibeli oleh customer tidak sesuai harapan sehingga customer harus melakukan pengembalian barang. Warranty return merupakan pengembalian barang yang terjadi karena barang rusak dan tidak sesuai dengan fungsi yang telah dijanjikan. Service return merupakan tindakan pengembalian barang sesuai dengan garansi namun customer harus mengeluarkan biaya untuk proses perbaikan barang tersebut.

Why receiving menjelaskan alasan perusahaan menerima barang retur barang dari konsumen. Suatu perusahaan mau menerima pengembalian barang rusak dikarenakan produk tersebut masih memilki value dan faktor lainnya adalah keuntungan ekonomi, dimana keuntungan ekonomi dibagi menjadi dua yaitu keuntungan langsung dan tidak langsung. Keuntungan langung tergolong menjadi tiga komponen salah satunya adalah input material, yaitu penggunaan beberapa part dari produk lama untuk membuat produk baru yang memiliki biaya jual lebih tinggi. Selain input material komponen lainnya adalah cost reduction, dimana barang yang dikembalikan konsumen masih memiliki value sehingga perusahaan dapat mengurangi biaya pembelian material atau sparepart. Komponen berikutnya adalah value added recovery, yaitu menggunakan part pada produk return untuk dijadikan produk baru dengan desain baru yang kemudian akan dijual dengan harga layaknya produk baru, namun karena pemakaian material atau part bekas sehingga produk tersebut hanya dipasarkan didaerah tertentu agar perusahaan dapat mengontrol penyebab kerusakan yang terjadi.

Keuntungan tidak langsung terbagi menjadi antisipasi peraturan, green image dan market protection, improve customer-supplier relations, legislation, corporate citizenship. Antisipasi peraturan merupakan kesadaran sendiri yang dimiliki perusahaan dalam menangani produk yang dipasarkan. Green image merupakan keuntungan tidak langsung (indirect again) perusahaan dengan menerima pengembalian barang karena alasan go green. Perusahaan air mineral (aqua) menggunakan botol plastik sebagai wadah dan kemasan produk, dimana plastik yang dibuang sembarangan akan mengganggu ekosistem atau aktivitas makhluk hidup sehingga untuk mencegah penumpukan sampah plastik perusahaan menempelkan slogan kebersihan pada produk dan iklan produk, selain mengajak masyarakat untuk peduli lingkungan hal tersebut juga dapat menambah profit perusahaan karena masyarakat akan membeli produk tersebut karena merupakan produk yang mengutamakan go green atau ramah lingkungan. Market protection adalah upaya melindungi produk yang dikeluarkan perusahaan dari pasar agar produk tersebut tidak di duplikasi oleh kompetitor.

Improve customer-supplier relations merupakan usaha yang dilakukan untuk memperbaiki suatu barang sehingga fungsinya masih dapat digunakan, meskipun produk tersebut tidak akan bertahan lama seperti fungsi awal saat pembelian. Improve customer-supplier relations dapat dicontohkan pada ban mobil yang botak kemudian divulkanisir atau memberikan rambut pada ban agar ban dapat digunakan kembali. Perusahaan harus menerima pengembalian atau retur karena adanya peraturan (legislation) dari pemerintah dalam hal peduli lingkungan, sehingga konsumen memiliki hak penuh untuk mengembalikan produk apabila ditemukan kerusakan pada produk.

Perspektif what terkait dengan objek yang menjelaskan karakteristik produk, material, atau packaging yang dapat direturn. Produk karakteristik dibagi menjadi 3 kategori, yaitu komposisi produk, deterioration, use pattern. Komposisi merupakan bagian-bagian penyusun dari suatu produk, beberapa kategory dari bagian komposisi adalah homogenity, disassembility, dan hazardous material. Suatu produk return dikatakan homogenity apabila penyusun produk tersebut merupakan penyusun yang bersifat sejenis. Disassembility diartikan sebagai pembongkaran produk, dalam hal ini karakteristik produk ditentukan berdasarkan mudah atau tidaknya suatu barang dapat dibongkar. Setiap barang yang direturn harus diketahui kandungan yang terdapat pada barang tersebut, barang return diidentifikasi apakah termasuk material berbahaya atau tidak. Material berbahaya (hazardous material) diidentifikasi agar pihak yang menerima pengembalian barang dapat mengendalikan barang berbahaya dengan baik dan aman.

Berdasarkan barang apa yang dikembalikan terdapat kategori deterioration, kategori ini dimaksud dengan fungsi suatu barang yang tidak bisa digunakan karena mengalami penurunan. Penurunan diakibatkan karena faktor economical dan physical. Economical merupakan barang yang memiliki penurunan nilai atau harga karena adanya produk baru, contoh terhadap faktor ini adalah produk elektronika salah satunya handphone dengan merek iphone 8 plus yang harga atau nilainya menurun setelah iphone x launching. Faktor lainnya adalah physical, sesuai dengan terjemahannya yaitu faktor pisik, faktor ini berkaitan dengan penurunan fisik suatu barang. Suatu barang dapat mengalami penurunan kualitas maupun fungsi, seiring dengan pemakaian barang dan umur pakai (lamanya) suatu barang digunakan. Contoh produk akibat penurunan fisik dalam kehidupan sehari-hari adalah baterai jam dinding, dimana baterai yang sudah lama terpakai untuk menyalakan jam dinding tidak dapat digunakan karena mengalami penurunan fisik.

Kategori use pattern adalah pengembalian suatu barang berdasarkan penggunaannya atau pola penggunaan produk. Kategori jenis ini digolongkan menjadi empat faktor yaitu berdasarkan location, intensity, duration dan bulk use vs individual use. Penggunaan suatu barang yang tersebar ataupun tidak tersebar dapat menentukan biaya pengumpulan barang tersebut atau disimpulkan bahwa lokasi pembuatan produk yang berbeda dengan penyebaran limbah suatu produk, pernyataan tersebut merupakan pengertian dari faktor lokasi. Berikut contoh dari faktor lokasi, seperti penggunaan popok rumah tangga dengan popok dirumah sakit atau panti jompo, sepatu adidas, produk mie korea samyang yang diproduksi di korea namun limbahnya lebih banyak terdapat diindonesia, dan produk lainnya. Intensity merupakan tingkat keadaan suatu barang dan lamanya pemakaian barang, dimana penggunaan barang hanya dalam waktu yang singkat dan masih memiliki value sehingga dapat dikembalikan. Produk berdasarkan faktor intensitas adalah buku. Buku yang dibeli dari amazon, gramedia atau toko buku lainnya dapat dikembalikan apabila barang tersebut tidak mengalami kerusakan atau tingkat kecacatannya tidak terlalu buruk sehingga buku tersebut masih dapat dijual kembali di situs web penjualan buku atau di tempat buku bekas.

Faktor-faktor lain pengembalian barang berdasarkan karakteristik produk dengan kategori use pattern antara lain adalah duration. Duration, merupakan penggunaan barang secara berkala atau musiman dan barang tersebut masih dalam kondisi bagus namun tidak bisa disimpan. Faktor ini dicontohkan pada mobil luar negeri, mobil tersebut layaknya seperti rumah yang dapat digunakan oleh traveler dan biasanya disewa dalam jangka waktu yang cukup lama seperti 6 bulan atau lainnya sesuai kebutuhan dan akan dikembalikan setelah masa pakainya habis. Pengertian Bulk use vs individual use adalah kemudahan transportasi suatu produk, seperti alat-alat pallet, krat sosro, kontainer yang akan dikembalikan ke perusahaan untuk digunakan kembali, penggunaan jarum suntik rumahan dengan jarum suntik   rumah sakit dan produk lainnya. Barang-barang yang terbuat dari bahan yang bersifat mudah pecah atau rapuh mengakibatkan kesulitan dalam transportasi barang, selain itu ongkos kirim pengumpulan produk yang penggunaannya bersifat individu lebih sulit dibandingkan penggunaan massal.

Suatu produk tidak hanya dikategorikan berdasarkan karakteristiknya namun juga berdasarkan tipe produk. Perusahaan menganalisa produk yang dikembalikan berdasarkan tipenya seperti makanan, barang-barang konsumtif (elektronika, perabotan rumah tangga), barang industri  (alat material handling, mesin-mesin manufaktur), barang kimia yang sifatnya berbahaya, packaging yang berfungsi sebagai pembungkus (pallet, plastik), civil objek yaitu penjualan atau pelelangan produk sisa bangunan yang sudah runtuh, dan other materials (pupl dan glass). Dalam pengembalian produk perusahaan harus memahami siapa saja pihak yang terlibat dalam aliran reverse logistics. Pihak-pihak yang terkait dalam reverse logistics seperti forward players, specialised reversed, dan governmental institutions and opportunistic players. Forward player merupakan entitas supply chain management yang masih berkaitan dalam aktivitas reverse logistics, seperti supplier, manufaktur, distributor, retailer dan lainnya.

Specialised reversed dibagi menjadi empat pihak, yaitu third party reverse logistics provider (3PRL Provider), bokers, jobbers dan intermediate processors. Third party reverse logistics provider (3PRL Provider)  merupakan pihak yang menyediakan layanan transportasi dari titik konsumen ke pusat atau perusahaan, melakukan pengecekan barang masuk yang kemudia akan diklasifikasi berdasarkan kategori produk, distribusi produk ke pusat perbaikan untuk didaur ulang ataupun diperbaiki serta melakukan pengemasan dan hal-hal yang dibutuhkan produk sebelum dikeluarkan untuk dipasarkan kembali. Jobbers adalah pihak yang menangani proses reverse dengan produk yang sejenis atau produk jenis tertentu seperti produk yang bersifat liquid ataupun padat, berbeda dengan brokers yaitu pihak yang menangani proses reverse dengan produk yang berbeda-beda tanpa ketentuan khusus. Brokers bertugas mengolah produk atau limbah apapun yang dapat memberikan keuntungan, contohnya adalah pengepul atau makelar. Intermediate processors merupakan pihak yang bekerja sebagai perantara untuk melakukan pengumpulan barang atau disebut sebagai kolektif dan tidak memiliki hubungan dengan perusahaan. Governmental institutions and opportunistic player diidentifikasi menjadi dua golongan yaitu national institutions dan charity organizations. National institutions  merupakan pihak atau suatu organisasi maupun lembaga yang didirikan oleh suatu bangsa untuk melakukan aktivitas reverse logistics, sedangkan charity organization atau disebut organisasi amal merupakan organisasi yang didirikan dengan tujuan melakukan kegiatan yang kemudian diamalkan kepada orang yang membutuhkan untuk kesejahteraan sosial. Salah satu contoh organisasi amal tersebut adalah produk pepsodent dan aqua, dimana dengan tidak membuang 1 botol aqua sembarangan sama dengan menanam 1 juta pohon. Selain itu, organisasi amal juga bergerak mengumpulkan barang-barang yang masih bisa digunakan lalu dijual untuk menghasilkan uang dan kemudian hasil penjualan tersebut akan diamalkan kepada pihak yang wajib menerima.

Perspektif How reverse logistics menjelaskan cara atau metode yang dilakukan untuk mendapatkan nilai produk itu lagi. Pada how terdapat 2 kategori  yaitu proses dan option. Proses dibagi menjadi 6 tahapan yaitu gatekeeping, collection, inspection, sortation, dispotition dan recovery. Pada tahap awal produk yang dikembalikan oleh customer diseleksi (screening) terlebih dahulu untuk menentukan apakah barang dapat di reverse atau tidak,  tahap kedua produk dikumpulkan untuk dikirim ke entitas berikutnya, kemudian melakukan pengecekan/ penilaian pada produk untuk mengetahui kondisi dan fungsi produk, setelah itu melakukan proses penyortiran dimana setiap barang akan dipisah-pisah berdasarkan tingkat kerusakannya, barang yang telah dipisah selanjutnya akan ditugaskan untuk dikirim ke tempat yang telah ditentukan, dan tahap terakhir adalah proses pemulihan produk dimana produk akan diperbaiki untuk dijual kembali. Pada kategori pilihan atau option, perusahaan memilih metode yang akan digunakan, seperti dalam proses recovery yang harus dilakukan apa saja.


DAFTAR REFERENSI

Aditya Priyambodo, Yandra Rahadian Perdana. (2011). Tugas 2 Reverse Logistics. Supply Chain Sirkulasi Botol Teh Botol Sosro.

septisinarsosro. (2015, Juni 10). Dipetik Maret 30, 2020, dari septisinarsosro.blogspot.com: http://septisinarsosro.blogspot.com/p/profil.html

7 New Quality Tools

New seven quality tools pertama kali digagas pada tahun 1972 oleh sekelompok insinyur dan ilmuwan Jepang yang tergabung dalam JUSE (Union of...