A. Profil Perusahaan
PT. Sinar Sosro adalah perusahaan teh siap
minum dalam kemasan botol yang pertama di Indonesia dan di dunia. Visi dari PT. Sinar Sosro yakni untuk menjadi perusahaan minuman
kelas dunia, yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen, kapan saja, dimana saja,
serta memberikan nilai tambah untuk semua pihak terkait, “The Indonesian World
Class Beverage Company”. Dalam menjalankan bisnisnya, PT. Sinar Sosro memiliki
sebuah filosofi yang sangat mulia yakni, Niat Baik. Niat
Baik ini dijabarkan dalam 3K dan RL, yang mempunyai arti yaitu peduli terhadap keamanan, peduli
terhadap kualitas, peduli terhadap kesehatan dan ramah lingkungan.
PT. Sinar Sosro didaftarkan pada tanggal
17 Juli 1974 oleh Bapak Soegiharto Sosrodjojo, yang berlokasi di Jalan Raya
Sultan Agung KM. 28 kelurahan Medan Satria Bekasi. Keluarga Sosrodjojo memulai usahanya pada
tahun 1940 di kota Slawi, Jawa Tengah dengan memproduksi dan
memasarkan teh seduh dengan merk Teh Cap Botol. Untuk mengembangkan usahanya, Soegiharto Sosrodjojo dan keluarganya hijrah ke Jakarta pada tahun 1960. Pada tahun 1965, Teh
Cap Botol diperkenalkan
dengan melakukan strategi “Cicip Rasa”
yakni mendatangi pusat-pusat keramaian seperti pasar. Lalu mulai memasak
dan menyeduh tehnya langsung di tempat. Tetapi cara ini kurang berhasil.
Kemudian strategi
berikutnya adalah memasak teh di kantor dan memasukkan teh kedalam panci-panci besar, untuk dibawa ke pasar. Namun cara ini juga kurang berhasil,
karena teh yang dibawa sebagian besar tumpah dalam perjalanan dari kantor ke
pasar.
Kegagalan dalam memasarkan Teh
Cap Botol, membuat Soegiharto Sosrodjojo harus mencari strategi lain. Namun
saat memikirkan strategi yang tepat, tanpa disengaja Soegiharto Sosrodjojo
menemukan ide untuk membawa teh yang telah
diseduh dikantor
dalam botol bekas kecap atau limun yang sudah
dibersihkan. Pada tahun 1969, muncul gagasan untuk menjual teh siap minum atau
ready to drink tea dalam kemasan botol dengan nama Teh botol
Sosro. Nama tersebut diambil dari nama teh seduh “Teh Cap Botol“ dan nama keluarga
pendiri yakni “Sosrodjojo”. Design yang digunakan mengalami tiga kali
perubahan yakni, tahun 1969 versi pertama, tahun 1972 versi kedua, dan 1974
versi ketiga. Teh botol Sosro hanya menggunakan bahan baku asli dan alami.
Daun tehnya dipetik dari perkebunan sendiri. Kemudian diolah menjadi teh
wangi yaitu teh hijau yang dicampur bunga melati dan bunga gambir. Sehingga
menghasilkan rasa yang unik, ke-khas-annya selalu terjaga dan terjamin
kualitasnya.
PT. Sinar Sosro bernaung dibawah perusahaan induk atau
disebut dengan holding company yaitu PT. Anggada Putra Rekso Mulia atau Grup
Rekso yang bergerak dibidang produksi minuman berbasis teh dan non-teh. Tujuan didirikannya perusahaan ini tercermin dalam kebijakan mutunya
yaitu yang pertama untuk memproduksi minuman yang berkualitas, unggul dan aman
sesuai kebutuhan dan keinginan pelanggan. Kedua yaitu pimpinan dan seluruh
karyawan PT Sinar Sosro secara konsisten menerapkan sistem manajemen mutu dan
sistem keamanan pangan melalui pengendalian mutu terpadu di semua lini
perusahaan sesuai standar yang telah ditetapkan. PT. Sinar Sosro sudah mempunyai 14 pabrik yang tersebar diseluruh
Indonesia yakni, di Medan, Palembang, Pandeglang, Jakarta, Tambun, Cibitung,
Ungaran, Gresik, Mojokerto, dan Gianyar. Serta pabrik yang khusus memproduksi
air mineral Prim-A yaitu di Sentul, Sukabumi, Purbalingga dan Pandaan. Dalam
pengembangan bisnisnya, PT. Sinar Sosro telah mendistribusikan produknya
keseluruh Nusantara, melalui kantor cabang Penjualan yang tersebar di seluruh
Nusantara. Selain di dalam negeri, PT. Sinar Sosro juga merambah pasar
internasional dengan mengekspor produk-produk one way packaging/non botol
beling kebeberapa Negara di Asia, Amerika, Eropa, Afrika, Australia dan
Kepulauan Pasifik. Produk yang dihasilkan pabrik ini adalah khusus untuk produk returnable glass bottling (RGB), yaitu Tehbotol Sosro, Fruit Tea Sosro, S-Tee, Tebs, Country
Choice dan Air Mineral Prim-A.
B.
Aktivitas
Forward Logistik dan Reverse Logistik
PT. Sinar Sosro sebagian
produknya dikemas dengan botol kaca yang sudah dibersihkan. Dalam kelancaran
proses produksi teh botol perusahaan membutuhkan botol limun atau botol kaca
sebagai kemasan teh, sehingga diperlukan adanya reverse logistics untuk mendatangkan botol dan krat bekas dari customer agar teh dapat diisi kembali.
PT. Sinar Sosro harus mampu mengendalikan dan mengatur sirkulasi jumlah botol
yang beredar dipasaran atau customer
serta mengatur botol kosong yang harus berada di pabrik untuk diisi kembali
agar proses pengisian tidak terhenti.
Proses pembelian bahan baku, produksi sampai barang dikeluarkan dari
gudang disebut sebagai aktivitas forward logistics sedangkan penarikan dan
pengembalian botol kaca kosong ke perusahaan merupakan tugas dari reverse logistics.
Proses produksi Teh botol pada
perusahaan ini dilakukan dengan 3 tahap yaitu, tahap pengolahan air, tahap
pembuatan teh cair manis dan tahap pembotolan. Pertama, pada tahap pengelolaan
air PT. Sinar Sosro menggunakan air sumur bawah tanah sebagai bahan baku, yang
diambil dari kedalaman 8 sampai 100 m dengan deep well dump yang kemudian akan
diolah diunit Water Treatment (WT).
Perusahaan ini memiliki dua sumur yang digunakan secara bergantian dalam 4 jam
sekali untuk proses produksi. Kedua, Proses pembuatan teh cair manis dilakukan
dengan membuat sirup gula, dan pembuatan teh cair pahit. Teh cair pahit
kemudian akan dicampur dengan sirup gula
dan pasteurisasi. Tahap ketiga yaitu proses pembotolan, sebelum proses
pembotolan Pos gudang akan melakukan inspeksi pada botol dan krat yang akan
digunakan untuk proses produksi. Klasifikasi botol-botol yang masuk dalam
proses pembotolan adalah, botol dari konsumen yang dikembalikan ke pabrik,
botol dari pencucian manual menggunakan mesin bottle washer, dan botol baru yang dibeli dari supplier dalam
periode tertentu sesuai dengan permintaan atau kebutuhan. Sebelum dipasarkan
teh botol akan diinkubasi terlebih dahulu selama 2-3 hari, setelah itu teh
botol akan diperiksa kembali untuk mengetahui apakah terdapat perubahan pada
teh botol sosro. Perubahan tersebut seperti teh mengeluarkan aroma tidak sedap,
basi, perubahan warna dan rasa yang berbeda. Apabila saat melakukan inspeksi
tidak terdapat perubahan maka teh botol sosro dapat dipasarkan.
Sirkulasi penanganan teh botol
sosro dimulai dari penerimaan peti botol (krat), penyimpanan peti botol,
pemakaian peti botol untuk produksi, proses produksi, penyimpanan peti isi dan
pengeluaran peti isi. Peti botol didapatkan dari Kantor penjualan yaitu entitas
yang bekerja untuk menarik krat dan botol kosong dari setiap gerai atau pasar.
Peti botol yang diterima akan diperiksa terlebih dahulu terkait surat jalan dan
muatan truk. Surat jalan yang sesuai dengan muatan akan distempel dan bagian
administrasi akan membuat surat tanda terima atau Good Receipt PO dan data akan
dimasukkan kedalam sistem informasi yang terdapat pada perusahaan. Namun
apabila dokumen surat jalan tidak sesuai maka Delivery Order akan diinfokan ke
bagian KPW dan dilakukan pembongkaran beserta penyortiran peti botol.
Penyimpanan peti botol dilakukan dengan menyusun peti botol di atas palet
kemudian diletakkan pada lokasi penyimpanan yang telah ditentukan dengan sistem
FIFO (First In First Out). Barang yang masuk ke dalam gudang akan dicatat dalam
kartu stock secara berkala untuk mengetahui jumlah persediaan yang dimiliki
perusahaan.
Peti botol yang disimpan akan
digunakan untuk proses produksi, dimana dalam proses produksi menghasilkan 1740
krat dengan teh sebanyak 9300 liter. Persediaan peti botol dalam gudang akan
dihitung terlebih dahulu, untuk mengetahui berapa banyak teh yang harus
diproduksi dalam satu batch produksi. Hal ini dilakukan untuk mengatur
sirkulasi botol teh botol sosro, dari pengiriman, penarikan, proses pembersihan
botol, penyimpanan sampai botol dan krat tersebut siap digunakan untuk proses
produksi. Pada proses produksi peti botol dan botol akan disortir terlebih
dahulu, tujuan melakukan sortir adalah karena adanya botol yang tidak layak
dipakai sehingga harus dimusnahkan dan botol yang sangat kotor sehingga harus
dicuci secara manual. Botol yang telah diisi dengan teh akan diinspeksi kembali
untuk menjamin mutu produk, jika teh botol telah sesuai dengan standar yang
ditetapkan maka dapat dilakukan proses selanjutnya. Apabila ditemukan teh botol
yang reject atau tidak sesuai spesifikasi maka akan dilakukan karantina untuk
penanganan lebih lanjut.
Teh botol dalam peti isi yang
lolos dari tahap inspeksi akan disimpan di dalam gudang PIPB pada lokasi yang
ditentukan. Data barang yang disimpan kemudian dicatat ke dalam kartu stok
dalam gudang, dan juga akan dimasukkan ke sistem informasi yang dimiliki
perusahaan. Peti isi yang disimpan dalam beberapa waktu kemudian dikeluarkan
untuk dipasarkan. Peti isi yang dipasarkan akan dicatat untuk memudahkan dalam
proses penarikan krat beiri botol kosong. Proses penarikan tersebut dilakukan
oleh kantor penjualan dimana kantor penjualan merupakan salah satu entitas reverse logistics yang dipercayakan oleh
PT. Sinar Sosro. Kantor penjualan akan mengembalikan botol kosong sesuai dengan
kuantitas Delivery Order pengiriman sebelumnya, karena adanya bullwhip effect
maka kantor penjualan melakukan penyimpanan stock peti isi di gudang untuk
ekspansi pasar. Hal tersebut mengakibatkan adanya pengendapan barang, sehingga
hal ini harus ditanggung oleh kantor penjualan botol untuk menyeimbankan
ketersediaan botolnya. Padahal pengadaan botol dan krat baru sangat ditentukan
oleh keputusan Head Office di Jakarta. Aktivitas reverse logistics pada perusahaan ini memberikan manfaat dalam
proses produksi, dimana perusahaan dapat menghemat biaya pembelian material
yaitu pembelian botol.
Keunggulan implementasi pada
perusahaan tersebut yaitu perusahaan dapat mengendalikan aliran bahan baku,
persediaan, produk jadi serta informasi terkait kegiatan konsumsi untuk dapat
menangkap nilai pengembalian produk atau pembuangan yang tepat. Pengembalian
produk yang tepat dapat memperlancar kegiatan produksi pada perusahaan,
sehingga perusahaan dapat memasarkan dan memenuhi kebutuhan konsumen tepat
waktu, selain itu dengan adanya reverse
logistics perusahaan dapat meminimasi biaya layanan dan biaya persediaan
bahan baku serta meningkatkan keuntungan layanan dan kepuasan konsumen. Mengendalikan
persediaan botol cukup sulit karena perusahaan harus menyesuaikan botol kosong
yang diterima dengan botol isi yang akan dipasarkan, sehingga informasi terkait
persediaan, penerimaan dan pengeluaran barang harus diketahui secara pasti.
C. Perspektive reverse logistics
1.
Why Returning
Sudut pandang reverse
logistics yang terdapat pada PT. Sinar Sosro berkaitan dengan customer dan
manufaktur. Pengembalian produk oleh manufaktur karena Production leftovers,
dimana saat transportasi ke costumer, terjadi kecelakaan seperti botol pecah. Botol
yang pecah dalam perjalanan akan dikembalikan ke perusahaan dan dianggap
sebagai material sisa. Sebelum mengeluarkan barang, melakukan proses produksi
atau pun menerima barang yang dikembalikan, botol tersebut akan dicek terlebih
dahulu oleh pihak yang bertugas sebagai Quality control. Pengembalian produk oleh
customer karena krat dan botol kaca termasuk jenis end of use, yaitu produk
yang masih bisa digunakan kembali.
2.
Why receiving
PT. Sinar Sosro termasuk dalam
keuntungan langsung faktor ekonomi yaitu cost reduction. Hal tersebut menjadi
salah satu alasan mengapa perusahaan menerima pengembalian produk, karena
pengembalian botol kaca tersebut dapat memberikan keuntungan langsung pada
perusahaan. Sesuai dengan niat baik perusahaan yaitu ramah lingkungan,
perusahaan akan tetap menerima pengembalian botol yang rusak atau tidak layak.
Botol yang rusak atau tidak layak dipakai akan dihancurkan dengan cara menjatuhkan
dari ketinggian, dimana perusahaan akan disebut sebagai perusahaan yang peduli
lingkungan dalam reverse disebut green image yang memberikan keuntungan secara
tidak langsung. Sehingga citra perusahaan dipandangan masyarakat tetap terjaga
dan masyarakat akan memilih membeli produk tersebut karena ramah lingkungan.
3.
Who reverse logistics
Aktivitas reverse PT. Sinar Sosro dikendalikan oleh pihak forward logistics, dimana forward players bertugas melakukan
perencanaan, pengendalian barang hingga melakukan pengiriman barang agar sampai
ke customer tanpa adanya reject.
Begitupun aktivitas reverse yang
merupakan kebalikan dari aktivitas forward
logistics, pihak-pihak reverse akan melakukan perencanaan
barang diambil, pengendalian barang serta penarikan atau pengambilan barang
dari customer agar sampai di perusahaan dalam kondisi baik. Barang yang telah
diterima oleh forward players akan
dikelola untuk proses selanjutnya.
4.
What reverse
logistics
Pada PT. Sinar Sosro What
yang terkait adalah product types. Dimana jenis kategorinya adalah packaging yaitu Kemasan
botol berbahan kaca yang digunakan dalam produksi dan akan
dikembalikan oleh customer.
Adapun tujuan menggunakan botol berbahan kaca yaitu untuk meminimasi biaya
pembelian botol kaca baru,
karena pembelian botol kaca lebih mahal di bandingkan melakukan pengembalian atau penarikan botol kaca kosong.
5.
How reverse
logistics
PT. Sinar Sosro menggunakan metode
dengan kategori proses, dimana perusahaan melakukan pengumpulan produk,
pengecekan kondisi produk, penyortiran berdasarkan tingkat kerusakan produk dan
proses pemulihan produk. Produk yang dikumpulkan akan dicek terlebih dahulu
kemudian dilanjutkan dengan proses penyortiran, dimana botol kaca kosong akan
disortir berdasarkan tingkat kerusakan dan kelayakan pada produk. Botol kaca
kosong dikategorikan sebagai botol kosong yang sangat kotor (seperti berlumut),
botol yang sudah retak atau pecah, dan botol kaca kotor. Botol kaca yang kotor dan
yang sangat kotor akan dibersihkan menggunakan mesin bottle washer, namun untuk botol yang sangat kotor akan diberi
pembersihan khusus sedangkan botol yang retak atau pecah akan dihancurkan.
Setelah proses penyortiran produk akan dipulihkan atau diperbaiki dan semua
botol yang akan digunakan akan disterilkan terlebih dahulu agar kebersihan dan
keamanan produk tersebut tetap terjaga.
D. Keunggulan implementasi reverse logistics PT. Sinar Sosro
PT Sinar Sosro mengimplementasikan
reverse logistics melalui penggunaan
kembali botol kaca selain karena kesegaran dan manfaat dari produk teh dapat
terjaga baik juga karena dapat meningkatkan keuntungan perusahaan melalui
penghematan pembelian bahan baku kemasan dan tempat botol atau krat. Reverse logistics yang diterapkan juga
dapat menimbulkan citra hijau pada perusahaan. Penggunaan botol kaca secara
berulang dapat membantu mengurangi pencemaran lingkungan akibat penggunaan
botol plastik sekali pakai yang semakin marak.
E. Kesimpulan:
Reverse logistics merupakan kebalikan dari forward logistics yang merupakan bagian dari supply chain management. Supply chain management
merupakan aliran barang, uang dan informasi dari hulu ke hilir dimana setiap
entitas saling terintegrasi. Reverse
logistics ada karena beberapa alasan seperti, adanya kerusakan pada produk,
inovasi produk yang kurang tepat sehingga konsumen tidak tertarik untuk membeli
produk tersebut, pengembalian barang karena produk yang tidak sesuai dengan
ekspetasi konsumen. Dalam melakukan aktivitas reverse banyak tantangan yang harus dihadapi, tantangan tersebut
berupa produk return yang sulit
diramal, transportasi untuk pengumpulan produk return sangat sulit dan menghabiskan biaya yang cukup besar, dan
harus mengetahui faktor-faktor apa saja yang mengakibatkan produk dikembalikan
contohnya bagaimana konsumen menggunakan barang tersebut sehingga barang
tersebut mengalami kerusakan dan lainnya. Reverse
logistics adalah proses pengendalian aliran bahan baku, produk jadi dan
informasi terkait dari kegiatan konsumsi untuk menangkap nilai dari
pengembalian produk sedangkan forward logistics merupakan suatu proses seperti
merencanakan, mengimplementasikan dan mengontrol agar aktivitas tersebut dapat
berjalan secara efisien dan efektif dengan tujuan dapat memenuhi kebutuhan
konsumen. Dalam pengendalian reverse
maka terbentuk loop supply chain salah satunya closed loop supply chain. Closed loop supply
chain merupakan proses pengambilan
barang yang dilakukan oleh collector kemudian akan dikirim ke perusahaan untuk
direcycle oleh pihak yang berkaitan dan masih termasuk kedalam forward
logistics. Selain closed loop juga terdapat open loop, dimana open loop supply chain sangat berbeda dengan closed loop. Open loop merupakan pengumpulan
barang yang dilakukan oleh secondary market dan tidak dikirim ke perusahaan,
dimana secondari market tidak termasuk entitas dari forward logistics. Closed
loop terbagi menjadi dua sistem yaitu centralised efficient yang berperan untuk
meminimasi biaya dengan melakukan tiga langkah yaitu sortir, disposisi, dan
recovery, sedangkan decentralised responsive fokus untuk meminimasi waktu
dengan konsep semakin cepat penanganan terhadap produk return semakin baik untuk perusahaan. Dalam pengembalian barang
terdapat beberapa kategori pengembaliannya barang terbanyak, salah satunya
adalah industri percetakan seperti koran, majalah, dan lainnnya, kemudian
industri elektronika dimana produk tersebut bersifat shorter life cycle yaitu
ptoduk yang cepat trending dipasaran dan cepat juga menurun, selanjutnya
industri retail dimana industri ini hanya memiliki margin yang sedikit,
sehingga besar kemungkinan retailer mengalami kerugian.
Dalam reverse logistics terdapat beberapa perspektif yaitu why returning,
why receiving, who, what dan how. Alasan pengembalian ini terdiri
dari tiga faktor yaitu pengembalian oleh manufaktur, pengembalian saat
didistributor, dan pengembalian oleh customer.
Manufacture melakukan retur barang
karena adanya kelebihan material, kelebihan tersebut disebabkan karena
kesalahan saat perencanaan. Selain kelebihan material penyebab lainnya adalah faulty product, faulty product terjadi
saat proses inspeksi barang baik pengecekan barang datang, pengecekan barang
retur maupun pengecekan terhadap barang yang akan dikeluarkan untuk dipasarkan.
Adapun alasan terakhir dilakukannya pengembalian barang karena production
leftover, maksud dari product leftover ialah produk yang sisa saat
melakukan produksi atau finished goods dan bahkan dapat diakibatkan karena
perjalanan atau transportasi produk yang tidak bagus yang mengakibatkan produk
mengalami kerusakan dijalan.
Pengembalian yang terjadi pada
distribusi dikaitkan dengan empat hal yaitu product
recall, Bisnis to bisnis commercial return (B2B CR), stock adjustment, dan
functional return. Product recall merupakan tahap dimana
perusahaan atau produsen melakukan pemanggilan atau penarikan produk dari
berbagai gerai tempat produk dipasarkan, hal tersebut dilakukan karena adanya
kesalahan saat produksi. Contoh kasus ini yaitu pada handphone samsung yang
tiba-tiba meledak saat digunakan oleh pengguna atau konsumen, hal tersebut
sulit dipercaya oleh produsen sehingga produsen melakukan product recall untuk
menarik atau memnggil kembali produk dengan tipe tersebut yang telah dipasarkan.
Bisnis to bisnis commercial return
atau disingkat dengan B2B merupakan bisnis yang melakukan pengembalian tanpa
adanya surat resmi, dimana penjual mempunyai syarat tertentu terhadap barang
yang dikembalikan. B2B merupakan sistem beli lepas dimana perusahaan tidak
terikat dengan customer, pengembalian
terjadi apabila ada kesepakatan pihak perusahaan dengan customer. Contoh dari B2B adalah pada toko sembako, seorang sales
menawarkan untuk menjual barang keluaran baru dimana produk tersebut masih
langka dan banyak yang belum mengetahui keberadaan dan keunggulan produk
tersebut, untuk menghindari kerugian maka pihak toko meminta jaminan kepada
sales yaitu apabila produk tersebut tidak laku maka toko yang menjadi customer perusahaan itu dapat melakukan
pengembalian barang. Stock adjustment
merupakan penambahan stok atau peralihan barang yang dilakukan perusahaan
terhadap gerai atau distributor yang dimiliki oleh perusahaan. Dimana sebuah
perusahaan pusat memproduksi kacamata dan memiliki 2 gerai yaitu dijakarta dan
dibogor, gerai yang terdapat dibogor kehabisan stok untuk dijual sedangkan
gerai Jakarta memiliki stok dan inventory yang sangat banyak sehingga
perusahaan pusat membuat kebijakan dengan melakukan stock adjustment kepada
gerai yang berada di bogor. Hal tersebut dapat meminimasi biaya pembelian
material maupun biaya produksi. Functional return
merupakan pengembalian barang karena fungsi barang masih dapat digunakan
seperti krat botol.
Customer return salah satunya adalah end of use,
yaitu barang yang dapat digunakan sebagai fungsi awal seperti galon isi ulang,
gas dan botol teh yang kosong. Selain end of use juga akan dibahas end of life,
barang yang tidak dapat digunakan sebagai fungsi awal namun dapat dilakukan
modifikasi atau perbaikan terhadap barang tersebut, seperti koran yang tidak
terpakai dapat dijadikan hal-hal yang menarik seperti kerajinan baju gaun atau
hal lainnya. Bisnis to costumer commercial return
terjadi karena barang yang dibeli oleh customer
tidak sesuai harapan sehingga customer
harus melakukan pengembalian barang. Warranty return merupakan pengembalian barang yang terjadi karena barang rusak
dan tidak sesuai dengan fungsi yang telah dijanjikan. Service return merupakan tindakan pengembalian
barang sesuai dengan garansi namun customer
harus mengeluarkan biaya untuk proses perbaikan barang tersebut.
Why receiving menjelaskan alasan perusahaan
menerima barang retur barang dari konsumen. Suatu perusahaan mau menerima pengembalian
barang rusak dikarenakan produk tersebut masih memilki value dan faktor lainnya
adalah keuntungan ekonomi, dimana keuntungan ekonomi dibagi menjadi dua yaitu
keuntungan langsung dan tidak langsung. Keuntungan langung tergolong menjadi
tiga komponen salah satunya adalah input material, yaitu penggunaan beberapa
part dari produk lama untuk membuat produk baru yang memiliki biaya jual lebih
tinggi. Selain input material komponen lainnya adalah cost reduction, dimana
barang yang dikembalikan konsumen masih memiliki value sehingga perusahaan
dapat mengurangi biaya pembelian material atau sparepart. Komponen berikutnya
adalah value added recovery, yaitu menggunakan part pada produk return untuk dijadikan produk baru
dengan desain baru yang kemudian akan dijual dengan harga layaknya produk baru,
namun karena pemakaian material atau part bekas sehingga produk tersebut hanya
dipasarkan didaerah tertentu agar perusahaan dapat mengontrol penyebab
kerusakan yang terjadi.
Keuntungan tidak langsung terbagi
menjadi antisipasi peraturan, green image
dan market protection, improve customer-supplier
relations, legislation, corporate citizenship. Antisipasi peraturan
merupakan kesadaran sendiri yang dimiliki perusahaan dalam menangani produk yang
dipasarkan. Green image merupakan keuntungan
tidak langsung (indirect again) perusahaan
dengan menerima pengembalian barang karena alasan go green. Perusahaan air
mineral (aqua) menggunakan botol plastik sebagai wadah dan kemasan produk,
dimana plastik yang dibuang sembarangan akan mengganggu ekosistem atau
aktivitas makhluk hidup sehingga untuk mencegah penumpukan sampah plastik perusahaan
menempelkan slogan kebersihan pada produk dan iklan produk, selain mengajak
masyarakat untuk peduli lingkungan hal tersebut juga dapat menambah profit
perusahaan karena masyarakat akan membeli produk tersebut karena merupakan
produk yang mengutamakan go green atau ramah lingkungan. Market protection adalah upaya melindungi produk yang dikeluarkan
perusahaan dari pasar agar produk tersebut tidak di duplikasi oleh kompetitor.
Improve customer-supplier relations merupakan usaha yang dilakukan untuk
memperbaiki suatu barang sehingga fungsinya masih dapat digunakan, meskipun
produk tersebut tidak akan bertahan lama seperti fungsi awal saat pembelian.
Improve customer-supplier relations
dapat dicontohkan pada ban mobil yang botak kemudian divulkanisir atau
memberikan rambut pada ban agar ban dapat digunakan kembali. Perusahaan harus
menerima pengembalian atau retur karena adanya peraturan (legislation) dari pemerintah dalam hal peduli lingkungan, sehingga
konsumen memiliki hak penuh untuk mengembalikan produk apabila ditemukan
kerusakan pada produk.
Perspektif what terkait dengan objek yang
menjelaskan karakteristik produk, material, atau packaging yang dapat direturn. Produk karakteristik dibagi
menjadi 3 kategori, yaitu komposisi produk, deterioration, use pattern.
Komposisi merupakan bagian-bagian penyusun dari suatu produk, beberapa kategory
dari bagian komposisi adalah homogenity, disassembility, dan hazardous
material. Suatu produk return
dikatakan homogenity apabila penyusun produk tersebut merupakan penyusun yang
bersifat sejenis. Disassembility diartikan sebagai pembongkaran produk, dalam
hal ini karakteristik produk ditentukan berdasarkan mudah atau tidaknya suatu
barang dapat dibongkar. Setiap barang yang direturn harus diketahui kandungan yang terdapat pada barang
tersebut, barang return
diidentifikasi apakah termasuk material berbahaya atau tidak. Material
berbahaya (hazardous material) diidentifikasi agar pihak yang menerima
pengembalian barang dapat mengendalikan barang berbahaya dengan baik dan aman.
Berdasarkan barang apa yang
dikembalikan terdapat kategori deterioration, kategori ini dimaksud dengan
fungsi suatu barang yang tidak bisa digunakan karena mengalami penurunan.
Penurunan diakibatkan karena faktor economical dan physical. Economical
merupakan barang yang memiliki penurunan nilai atau harga karena adanya produk
baru, contoh terhadap faktor ini adalah produk elektronika salah satunya
handphone dengan merek iphone 8 plus yang harga atau nilainya menurun setelah iphone
x launching. Faktor lainnya adalah physical, sesuai dengan terjemahannya yaitu
faktor pisik, faktor ini berkaitan dengan penurunan fisik suatu barang. Suatu
barang dapat mengalami penurunan kualitas maupun fungsi, seiring dengan
pemakaian barang dan umur pakai (lamanya) suatu barang digunakan. Contoh produk
akibat penurunan fisik dalam kehidupan sehari-hari adalah baterai jam dinding,
dimana baterai yang sudah lama terpakai untuk menyalakan jam dinding tidak
dapat digunakan karena mengalami penurunan fisik.
Kategori use pattern adalah
pengembalian suatu barang berdasarkan penggunaannya atau pola penggunaan
produk. Kategori jenis ini digolongkan menjadi empat faktor yaitu berdasarkan
location, intensity, duration dan bulk use vs individual use. Penggunaan suatu
barang yang tersebar ataupun tidak tersebar dapat menentukan biaya pengumpulan
barang tersebut atau disimpulkan bahwa lokasi pembuatan produk yang berbeda
dengan penyebaran limbah suatu produk, pernyataan tersebut merupakan pengertian
dari faktor lokasi. Berikut contoh dari faktor lokasi, seperti penggunaan popok
rumah tangga dengan popok dirumah sakit atau panti jompo, sepatu adidas, produk
mie korea samyang yang diproduksi di korea namun limbahnya lebih banyak
terdapat diindonesia, dan produk lainnya. Intensity merupakan tingkat keadaan
suatu barang dan lamanya pemakaian barang, dimana penggunaan barang hanya dalam
waktu yang singkat dan masih memiliki value sehingga dapat dikembalikan. Produk
berdasarkan faktor intensitas adalah buku. Buku yang dibeli dari amazon,
gramedia atau toko buku lainnya dapat dikembalikan apabila barang tersebut
tidak mengalami kerusakan atau tingkat kecacatannya tidak terlalu buruk
sehingga buku tersebut masih dapat dijual kembali di situs web penjualan buku
atau di tempat buku bekas.
Faktor-faktor lain
pengembalian barang berdasarkan karakteristik produk dengan kategori use
pattern antara lain adalah duration. Duration, merupakan penggunaan barang
secara berkala atau musiman dan barang tersebut masih dalam kondisi bagus namun
tidak bisa disimpan. Faktor ini dicontohkan pada mobil luar negeri, mobil
tersebut layaknya seperti rumah yang dapat digunakan oleh traveler dan biasanya
disewa dalam jangka waktu yang cukup lama seperti 6 bulan atau lainnya sesuai
kebutuhan dan akan dikembalikan setelah masa pakainya habis. Pengertian Bulk
use vs individual use adalah kemudahan transportasi suatu produk, seperti
alat-alat pallet, krat sosro, kontainer yang akan dikembalikan ke perusahaan
untuk digunakan kembali, penggunaan jarum suntik rumahan dengan jarum
suntik rumah sakit dan produk lainnya.
Barang-barang yang terbuat dari bahan yang bersifat mudah pecah atau rapuh
mengakibatkan kesulitan dalam transportasi barang, selain itu ongkos kirim
pengumpulan produk yang penggunaannya bersifat individu lebih sulit
dibandingkan penggunaan massal.
Suatu produk tidak hanya
dikategorikan berdasarkan karakteristiknya namun juga berdasarkan tipe produk. Perusahaan
menganalisa produk yang dikembalikan berdasarkan tipenya seperti makanan,
barang-barang konsumtif (elektronika, perabotan rumah tangga), barang
industri (alat material handling,
mesin-mesin manufaktur), barang kimia yang sifatnya berbahaya, packaging yang
berfungsi sebagai pembungkus (pallet, plastik), civil objek yaitu penjualan
atau pelelangan produk sisa bangunan yang sudah runtuh, dan other materials
(pupl dan glass). Dalam pengembalian produk perusahaan harus memahami siapa
saja pihak yang terlibat dalam aliran reverse
logistics. Pihak-pihak yang terkait dalam reverse logistics seperti forward players, specialised reversed, dan governmental institutions
and opportunistic players. Forward player merupakan entitas supply chain management yang
masih berkaitan dalam aktivitas reverse
logistics, seperti supplier, manufaktur, distributor, retailer dan lainnya.
Specialised reversed dibagi menjadi empat pihak,
yaitu third party reverse logistics provider
(3PRL Provider), bokers, jobbers dan intermediate processors. Third party reverse logistics provider
(3PRL Provider) merupakan pihak yang
menyediakan layanan transportasi dari titik konsumen ke pusat atau perusahaan,
melakukan pengecekan barang masuk yang kemudia akan diklasifikasi berdasarkan
kategori produk, distribusi produk ke pusat perbaikan untuk didaur ulang
ataupun diperbaiki serta melakukan pengemasan dan hal-hal yang dibutuhkan
produk sebelum dikeluarkan untuk dipasarkan kembali. Jobbers adalah pihak yang
menangani proses reverse dengan
produk yang sejenis atau produk jenis tertentu seperti produk yang bersifat
liquid ataupun padat, berbeda dengan brokers yaitu pihak yang menangani proses reverse dengan produk yang berbeda-beda
tanpa ketentuan khusus. Brokers bertugas mengolah produk atau limbah apapun
yang dapat memberikan keuntungan, contohnya adalah pengepul atau makelar.
Intermediate processors merupakan pihak yang bekerja sebagai perantara untuk
melakukan pengumpulan barang atau disebut sebagai kolektif dan tidak memiliki
hubungan dengan perusahaan. Governmental institutions and opportunistic player
diidentifikasi menjadi dua golongan yaitu national institutions dan charity
organizations. National institutions merupakan
pihak atau suatu organisasi maupun lembaga yang didirikan oleh suatu bangsa
untuk melakukan aktivitas reverse
logistics, sedangkan charity organization atau disebut organisasi amal
merupakan organisasi yang didirikan dengan tujuan melakukan kegiatan yang
kemudian diamalkan kepada orang yang membutuhkan untuk kesejahteraan sosial. Salah
satu contoh organisasi amal tersebut adalah produk pepsodent dan aqua, dimana
dengan tidak membuang 1 botol aqua sembarangan sama dengan menanam 1 juta
pohon. Selain itu, organisasi amal juga bergerak mengumpulkan barang-barang
yang masih bisa digunakan lalu dijual untuk menghasilkan uang dan kemudian
hasil penjualan tersebut akan diamalkan kepada pihak yang wajib menerima.
Perspektif How reverse
logistics menjelaskan cara atau metode yang dilakukan untuk mendapatkan
nilai produk itu lagi. Pada how
terdapat 2 kategori yaitu proses dan
option. Proses dibagi menjadi 6 tahapan yaitu gatekeeping, collection, inspection, sortation, dispotition dan
recovery. Pada tahap awal produk yang dikembalikan oleh customer diseleksi (screening) terlebih dahulu untuk menentukan apakah barang dapat di
reverse atau tidak, tahap kedua produk dikumpulkan untuk dikirim
ke entitas berikutnya, kemudian melakukan pengecekan/ penilaian pada produk
untuk mengetahui kondisi dan fungsi produk, setelah itu melakukan proses
penyortiran dimana setiap barang akan dipisah-pisah berdasarkan tingkat
kerusakannya, barang yang telah dipisah selanjutnya akan ditugaskan untuk
dikirim ke tempat yang telah ditentukan, dan tahap terakhir adalah proses
pemulihan produk dimana produk akan diperbaiki untuk dijual kembali. Pada
kategori pilihan atau option, perusahaan memilih metode yang akan digunakan,
seperti dalam proses recovery yang harus dilakukan apa saja.
DAFTAR REFERENSI
Aditya Priyambodo, Yandra Rahadian
Perdana. (2011). Tugas 2 Reverse Logistics. Supply Chain Sirkulasi Botol
Teh Botol Sosro.
septisinarsosro.
(2015, Juni 10). Dipetik Maret 30, 2020, dari septisinarsosro.blogspot.com:
http://septisinarsosro.blogspot.com/p/profil.html